Mengamalkan Ayat Lima

Mengamalkan Ayat Lima dalam Al-Qur’an

Diposting pada

Hasiltani.id – Mengamalkan Ayat Lima dalam Al-Qur’an. Pada perjalanan spiritual setiap Muslim, mengamalkan Al Qur’an merupakan salah satu aspek penting dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Di antara ribuan ayat yang agung dalam Al Qur’an, terdapat Ayat Lima yang memiliki faedah dan keutamaan luar biasa. Ayat Lima ini terdiri dari beberapa ayat pilihan yang tersebar di berbagai surat, namun memiliki keistimewaan tersendiri.

Mengamalkan Ayat Lima bukanlah sekadar membaca dan menghafalnya, tetapi juga meresapi maknanya dalam kehidupan sehari-hari. Ayat Lima menjadi sumber cahaya petunjuk dan rahmat Allah bagi mereka yang menghayatinya dengan penuh keyakinan dan ketakwaan.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi keindahan dan manfaat yang terkandung dalam Ayat Lima. Kita akan menggali pesan-pesan mendalam yang tersembunyi di balik setiap kata, serta merenungi keajaiban kekuatan yang terpancar dari setiap ayat tersebut.

Mari kita bersama-sama memahami bagaimana mengamalkan Ayat Lima dapat membawa berkah dan hidayah-Nya dalam setiap langkah kehidupan kita.

Apa itu Ayat Lima?

Sebelum membahas mengenai cara mengamalkan Ayat Lima, mari kita ketahui pengertian ayat lima ini.

Syekh Ahmad Al Buni dalam kitab Syamsul Ma’arif menyatakan, “Di dalam Al Qur’an yang mulia terdapat empat ayat dari empat surat. Setiap surat memiliki satu ayat, dan di setiap ayat tersebut terdapat 10 huruf qaf.

Selain itu, para ulama menambahkan satu ayat dari surat Ar-Ra’d, sehingga jumlahnya menjadi 5 ayat yang kemudian dikenal sebagai Ayat Lima.” Oleh karena itu, Ayat Lima ini juga sering disebut sebagai Ayat Lima Puluh QAF.

Jika Ayat Lima ini diijazahkan dan diamalkan dengan niat yang baik, maka akan mendapatkan hikmah dan manfaat nyata berupa pemenuhan segala kebutuhan atau hajat, baik di dunia maupun di akhirat.

Apa Saja Ayat Lima Itu?

Berikut adalah Ayat-ayat Karomah yang terdiri dari surah-surah berikut:

  1. Surat Al-Baqarah ayat 246
  2. Surat Ali Imran ayat 181
  3. Surat An-Nisa ayat 77
  4. Surat Al-Maidah ayat 27
  5. Surat Ar-Ra’d ayat 16

Berikut Bacaan Ayat Lima

1. Surat Al-Baqarah ayat 246

Bismillahir’rahmaanir’rahiim

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ الَّهِ ۖقَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا ۖقَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ الَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا ۖفَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۗوَالَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ

Baca Juga :  Memahami dengan Lebih Mendalam Pengertian Maulidur Rasul

“Alam tara ilalmala-i min banii israa-liila min ba’di muusaaidz qaalu linnabiyyi lahu-mub’ats lanaa malikan nuqaatil fii sabiilil-laahi qaala hal ‘asaitum in kutiba ‘alaiku-mul qitaalu an laa tuqaatiluu qaaluu wa maa lanaa an laa nu qaatila fi sabiilillaahi wa qad ukhrijnaa min diyaarinaa wa abnaa-inaa, falammaa kutiba ‘alaihimul qitaalu tawallau illaa qaliillan-minhum wallaahu ‘aliimun bidl dlaalimiin”.

Artinya:

Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil setelah Nabi Musa, ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami seorang raja agar kami dapat berperang di jalan Allah.” Nabi mereka menjawab, “Mungkin saja jika kamu diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?” Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka berpaling, kecuali beberapa orang di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa yang berlaku zalim. [Surah Al-Baqarah: 246]

2. Surat Ali Imran ayat 181

لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ ۘسَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ

“Laqad sami’ allaahu qaulal ladziina qaaluu innallaaha faqiirun wa nahnu aghniyaa-u sanaktubu maa qaaluu wa qatlahumul-anbiyaa-a bi ghairi haqqin wa naquulu dzuuquu a’dzaabal hariiqin. 

Artinya:

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah miskin, sedangkan kami kaya.” Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar. Dan Kami akan berfirman kepada mereka, “Rasakanlah azab yang membakar.” [Surah Ali ‘Imran: 181]

3. Surat An-Nisa ayat 77

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚوَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗقُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا

“Alam tara ilal ladziina qiila lahum kuffuu aidiyakum wa aqiimuush shalaata wa aatuz zajaata falammaa kutiba ‘alaihi mul qitaalu idzaa fariiqun minhum yakhsyaunan naasa kakhasy-yatillaahi au asyadda khasy-yatan wa qaaluu rabbanaa li ma tabta ‘alainaal qitaala laulaa akhkhartanaa ilaa alain qariibin qul mataa’ud dunyaa qaliilun wal aakhiratu khairun limanit taqaa wa laa tudl-lamuuna fatiilan”.

Artinya:

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang diingatkan, “Tahanlah tanganmu dari berperang, dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat!” Tetapi setelah kewajiban berperang ditetapkan bagi mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh) seolah-olah takut kepada Allah, bahkan takutnya lebih berlebihan. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak ditangguhkan (kewajiban berperang) hingga beberapa waktu lagi?” Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar, sedangkan akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan ditindas sedikit pun.” [Surah An-Nisa’: 77]

Baca Juga :  Bacaan Sholawat Munjiyat dan Manfaatnya

4. Surat Al-Maidah ayat 27

۞ وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖقَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Watlu ‘alaihim naba-abnai aadama bil haqqi idz qarraba qurbaanan fa tuqubbila min ahadi himaa walam yutaqabbal minal -aakhari qaala laa aqtulannaka qalaa innamaa yataqabbalullaa hu minal muttaqiin”.

Artinya:

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil), dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Qabil berkata, “Aku pasti akan membunuhmu!” Habil menjawab, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” [Surah Al-Ma’idah: 27]

5. Surat Ar-Ra’d ayat 16

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ ۚقُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚقُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ ۗأَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚقُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

“Qul man rabbus samaawaati wal ardhi? Qul afattakhadztummin duunihii auliyaa-a laa yamlikuuna li anfusihim naf’an wa laa dlarram qul hal yastawill a’maa wal bashiiru amhal tastawidl dlulumaatu wan nuuruam ja’aluu lillaahisyurakaa-a khalaquu laihim qulillaahu khaaliqu kulli syai-in wa huwal waahidul wahhaaru”.

Artinya:

Katakanlah, “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Mereka menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindung selain Allah, padahal mereka tidak memiliki manfaat dan tidak (pula) membahayakan bagi diri mereka sendiri?” Katakanlah, “Adakah sama antara orang buta dan orang yang melihat, atau apakah gelap gulita dan terang benderang itu sama? Apakah mereka menetapkan sekutu-sekutu bagi Allah yang menciptakan makhluk-makhluk serupa ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah, “Allah adalah Pencipta segala sesuatu, dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” [Surah Ar-Ra’d: 16]

Hadits dan Riwayat Mengenai Faedah Ayat Lima

Berikut adalah beberapa hadits dan riwayat mengenai faedah Ayat Lima:

Baca Juga :  Panduan Mengamalkan Zikir Hari Selasa dan Bacaannya

  1. Diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah bahwa Rasulullah SAW menjelaskan, “Jika Ayat Lima ini ditulis dalam bejana yang diisi air, kemudian airnya diminum pada hari Jumat, maka Allah akan menyembuhkan penyakitnya dan menggantinya dengan cahaya petunjuk dan kasih sayang.”
  2. Salman Al-Farisi r.a. berkata: “Rasulullah SAW mengajarkan Ayat Lima kepadaku dan bersabda: Siapa yang membacanya dan mengamalkannya, Allah akan memperpanjang umurnya, mengampuni dosanya, dan memudahkan tercapainya keinginannya.”
  3. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW selalu membaca Ayat Lima, baik ketika berada di kota maupun dalam perjalanan dan peperangan. Ketika dalam peperangan, beliau selalu berhasil mengalahkan orang-orang kafir dan munafik, serta selalu mendapat pertolongan Allah.
  4. Syaikh Majduddin r.a. berkata: “Di dunia ini terdapat 4000 wali yang terdiri dari Wali Autat, Abdal, Rijalul gaib, dan Wali Quthub. Semua wali ini mengamalkan Ayat Lima. Jika Sobat ingin bertemu dengan mereka, bacalah Ayat Lima ini setiap malam.”
  5. Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzali pernah bertemu dengan wali Quthub. Beliau memberikan wasiat untuk membaca dan mengamalkan Ayat Lima. Dengan izin Allah, orang tersebut akan mendapatkan pertolongan dan mencapai derajat Quthub.
  6. Syaikh Jamil Al Yamani bercerita pernah bertemu dengan wali Quthub dan diberi ijazah untuk membaca Ayat Lima ini. Akibatnya, ia menemukan berkah dalam segala hal.
  7. Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Barangsiapa membaca Ayat Lima setiap hari, Allah akan menurunkan 12 ribu malaikat dengan membawa senjata dari cahaya untuk melindungi orang tersebut dari bencana dan musibah di dunia. Selain itu, akan dibangun 600 tingkat rumah di Surga yang terbuat dari mutiara merah untuknya.”

Penutup

Demikian artikel ini, Hasiltani.id telah membahas mengenai Mengamalkan Ayat Lima. Dengan mengamalkan Ayat Lima, kita membuka pintu keberkahan dan hidayah dari Allah.

Ayat-ayat yang mulia ini menjadi jalan untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit dan penuh dengan cahaya petunjuk serta kasih sayang-Nya.

Seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, siapa pun yang mengamalkan Ayat Lima dengan sungguh-sungguh akan diberi umur panjang, dosanya diampuni, dan keinginannya dipermudah oleh Allah.

Tidak hanya itu, Ayat Lima juga menjadi pelindung dari segala bencana dan musibah di dunia. Dengan membacanya setiap hari, Allah akan menurunkan ribuan malaikat untuk menjaga kita dari bahaya.

Juga, bagian dari pahala mengamalkan Ayat Lima adalah pembangunan rumah di Surga sebanyak 600 tingkat yang terbuat dari mutiara merah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *