Wirid Sakran

Wirid Sakran – Pengertian, Bacaan, Cara Mengamalkan dan Manfaat

Diposting pada

Hasiltani.id – Wirid Sakran – Pengertian, Bacaan, Cara Mengamalkan dan Manfaat. Dalam dunia spiritualitas Islam, istilah “Wirid Sakran” telah menjadi sorotan utama di kalangan para pencari keberkahan dan perlindungan.

Wirid ini bukan sekadar rangkaian doa dan dzikir biasa, tetapi juga mencakup kekhususan dalam Thariqah Ba’alawy, yang menjadikannya sebagai amalan yang penuh makna dan keberkahannya.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam mengenai Wirid Sakran, merinci tata cara pengamalannya, manfaat yang terkandung di dalamnya, dan bagaimana wirid ini menjadi suatu bentuk perlindungan dari berbagai gangguan serta kejahatan yang mungkin mengintai.

Mari kita temukan keajaiban dan kedalaman spiritual Wirid Sakran yang dapat membimbing kita menuju keberkahan dan keselamatan.

Pengertian Wirid Sakran

Wirid Sakran merupakan serangkaian doa dan dzikir yang telah dikumpulkan dari Al-Quran dan hadits, dengan sanad yang dapat dipercaya yang berasal dari Al-habib Ali bin Abi Bakar Assakran.

Namun, uniknya, wirid ini dinamakan “sakran” karena Al-habib Ali bin Abi Bakar Assakran memiliki gelar As-Sakran yang berarti “mabuk.”

Pemberian julukan ini tidak sembarangan, melainkan karena Al-habib Ali bin Abi Bakar Assakran dikenal luas sebagai seorang wali yang memiliki cinta yang sangat mendalam kepada Allah.

Cintanya kepada Allah begitu besar hingga mencapai tingkat “mabuk cinta” yang menggambarkan kehambaan dan kecintaannya yang luar biasa kepada Allah SWT.

Beliau adalah figur yang diakui sebagai seorang wali besar dengan berbagai karomah yang mengiringi perjalanan spiritualnya.

Pembuat Wirid Sakran

Wirid yang disusun oleh seorang wali besar bernama Imam Abu Bakar As-Sakran bin Syeikh Al Ghauts Abdurrahman As-Seggaf menggambarkan keutamaan dan spiritualitas tinggi beliau.

Imam Abu Bakar As-Sakran dikenal sebagai sosok yang saleh, taat, dan terkenal karena cinta yang mendalam kepada Allah SWT.

Beliau juga terkenal karena karomah yang melimpah, dengan nasabnya yang langsung bersambung kepada Rasulullah SAW, menandakan kedekatannya dengan sumber ajaran Islam.

Baca Juga :  Cara Mengamalkan Sholawat Jibril untuk Kekayaan

Gelar As-Sakran yang disematkan kepada Imam Abu Bakar memiliki makna yang mendalam. Meskipun sebutan “mabuk,” namun ini tidak terkait dengan minuman keras.

Sebaliknya, gelar ini mencerminkan keadaan “mabuk cinta” kepada Allah SWT. Imam Abu Bakar As-Sakran menunjukkan dedikasi yang luar biasa terhadap ibadah dengan khatam Al-Qur’an setiap hari dan kesinambungan dalam berdzikir.

Wafatnya Imam Abu Bakar As-Sakran pada tahun 821 H di Tarim tidak mengakhiri warisan spiritualnya.

Wirid yang beliau susun tetap dipegang dan diamalkan oleh para salafunassoleh hingga saat ini.

Keberlanjutan praktik wirid ini menandakan nilai dan keberkahan yang terkandung di dalamnya, menjadi warisan berharga bagi umat Islam yang terus dijunjung dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Bacaan Wirid Sakran

Berikut merupakan bacaan dari Wirid Sakran:

 عَلَيْهِ  اللَّهُ صَلَّى اللَّهِ رَسُوْلُ مُحَمَّدٌ بَابُهُ ,اللَّهُ إِلاَّ  إِلَهَ لاَ قُفْلُهُ ,اللَّهُ مَاشَاءَ  طُوْلُهُ ,اللَّهِ بِدَرْبِ أَحْتَطْتُنِّيْ اللَّهُمَّ .الرحيمحمنالر الله بسم

.وَسَلَّمَ

الرَّحْمنِ الْعَالَمِيْنَ,  رَبِّ للهالْحَمْدُ الرَّحِيْمِ, الرَّحْمَنِ اللهبِسْمِ مِنْ بِنَا أَحَاطَ مِنْ بِنَا أَحَاطَ .الْعَظِيْمِ الْعَلِيِّ بِاللَّهِ إِلاَّ قُوَّةَ وَلاَ وْلَ لاَ سَقْفُهُ

الْمَغْضُوْبِ  غَيْرِ عَلَيْهِمْ أَنْعَمْتَ الَّذِيْنَ صِرَاطَ ,الْمُسْتَقِيْمَ الصِّرَاطَ إِهْدِنَا ,نَسْتَعِيْنُ وَإِيَّاكَ نَعْبُدُ  إِيَّاكَ الدِّيْنِ يَوْمِ  مَالِكِ ,الرَّحِيْمِ,

الضَّآلِّيْنَ وَلاَ عَلَيْهِمْ

3x سُوْرٌ

,بِإِذْنِهِ  إِلاَّ عِنْدَهُ يَشْفَعُ ذَاالَّذِي مَنْ ,الأَرْضِ وَمَافِي السَّمَاوَاتِ مَافِي لَهُ ,وَلاَنَوْمٌ سِنَةٌ لاَتَأْخُذُهُ ,الْقَيُّوْمُ الْحَيُّ  هُوَ  إِلاَّ لآإِلَهَ اللهوَآيَاتُهُ

حِفْظُهُمَا يَؤُوْدُهُ لاَ وَ الأَرْضَ وَ السَّمَاوَاتِ كُرْسِيُّهُ وَسِعَ ,بِمَاشَاءْ إِلاَّ عِلْمِهِ مِنْ بِشَيْئٍ يُحِيْطُوْنَ لاَوَ ,وَمَاخَلْفَهُمْ أَيْدِيْهِمْ بَيْنَ مَا يَعْلَمُ

.الْعَظِيْمُ الْعَلِيُّ وَهُوَ

السُّرُوْرِ جَمِيْعِ وَمِنْ مَحْذُوْرٍ وَحَذَرٍ مَقْدُوْرٍ قَدَرٍ كُلِّ مِنْ سُوْرٍ وَلاَ خَنْدَقٍ بِلاَ لِ الرَّسُوْ بِمَدِيْنَةِ الْمَلاَئِكَةُ اسْتَدَارَتِ كَمَا اسْتَدَارَتْ بِنَا

3x تَتَرَّسْـنَا بِالله

الْعَلِيِّ بِالله إِلاَّ قُوَّةَ وَلاَ حَوْلَ لاَ أَلْفِ أَلْفِ بِأَلْفِ تَنْقَطِعُ لاَ صِنْعَتُهُ اللهأَرْضِ قَاعِ إِلَى  الله عَرْشِ سَاقِ مِنْ اللَّهِ وَعَدُوِّ عَدُوِّنَا مِنْ

.الْعَظِيْمِ الْعَلِيِّ بِالله إِلاَّ قُوَّةَ وَلاَ لاَحَوْلَ أَلْفِ أَلْفِ بِأَلْفِ تَنْشَقُّ لاَ عَزِيْمَتُهُ,الْعَظِيْمِ

وَسْوَاسٍ أَوْ شَيْطَانٍ أَوْ شَيْطَانٍ أَوْ بَشَرٍ مِنْ الْمَخْلُوْقَاتِ سَائِرِ مِنْ وَغَيْرٍهِمْ,وَالْوُحُوْشِ وَالإِنْسِ الْجِنِّ مِنْ بِسُوْءٍ ادَنِيْ أَرَ أَحَدٌ إِنْ اللَّهُمَّ

الرَّأْسِ إِلَى الرِّجْلِ مِنَ وَأَوْبِقْهُمْ إِفْلاَسٍ فِي وَأَيْدِيَهُمْ وَسْواَسٍ فِيْ وَقُلُوْبُهُمْ انْتِكًاسٍ فِيْ نَظَرَهُمْ فَارْدُدْ

Baca Juga :  Penjelasan dan Tujuan dari Dzikir Hashontukum

مُحَمَّدٍ  سَيِّدِنَا عَلَى الله وَصَلَّى  الْعَظِيْمِ  الْعَلِيِّ بِاللَّهِ إِلاَّ  قُوَّةَ وَلاَ حَوْلَ لاَ         أَلْفِ أَلْفِ أَلْفِ بِمِئَةِ يَطْلَعُ جَبَلٍ فِيْ وَلاَ يَقْطَعُ سَهْلٍ فِيْ لاَ

الْعَالَمِيْنَ رَبِّ للَّهِ وَالْحَمْدُ وَسَلَّمَ وَصَحْبِهِ آلِهِ وَعَلَى

Pengamal Wirid Sakran

Semua orang diperbolehkan untuk mengamalkan wirid di atas tanpa harus memiliki ijazah. Meski demikian, Al Habib Mundzir Al Musawa pernah menyoroti pentingnya meminta ijazah dalam praktik mengamalkan wirid.

Menurut beliau, ijazah menjadi suatu ikatan yang menghubungkan seorang murid dengan gurunya. Ijazah bukan sekadar izin, tetapi juga merupakan rangkaian izin yang bersambung dari satu guru ke guru lainnya, hingga akhirnya mencapai Rasulullah SAW.

Penting bagi Sobat untuk menyadari bahwa tidak semua wirid boleh diamalkan oleh siapa saja, karena ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Sebagai contoh, terdapat wirid yang mengandung doa untuk mendapatkan jodoh seorang wanita shalihah.

Dalam kasus ini, wirid tersebut seharusnya hanya dibaca oleh seorang laki-laki yang sudah baligh.

Oleh karena itu, wirid ini tidak sesuai untuk diamalkan oleh seorang wanita atau anak kecil, mengingat adanya syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi sesuai dengan konteksnya.

Cara Mengamalkan Wirid Sakran

Cara mengamalkan wirid karya Imam Abu Bakar As-Sakran ini melibatkan pelaksanaan puasa selama tujuh hari.

Selama periode berpuasa, wirid tersebut dibaca sebanyak dua puluh satu kali dalam satu hari dan satu malam.

Adapun waktu yang dianjurkan untuk membaca wirid ini adalah setelah menjalankan sholat subuh atau sebelum terbitnya matahari.

Setelah menyelesaikan periode puasa, wirid masih dapat terus diamalkan dengan membacanya tiga kali sehari semalam dengan konsistensi dan istiqomah.

Pengamalan wirid ini pernah diijazahkan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki kepada santrinya.

Para santri yang mendapatkan ijazah tersebut dianjurkan untuk membacanya secara rutin setiap hari, tepatnya satu kali sehari.

Dengan tata cara yang demikian, pengamalan wirid ini tidak hanya melibatkan kedisiplinan dalam membacanya selama periode puasa, tetapi juga menekankan pentingnya kelanjutan dan keteguhan dalam melanjutkan praktik wirid setelah periode puasa selesai.

Manfaat Wirid Sakran

Wirid Sakran adalah praktik yang umumnya dibaca dan diamalkan dalam Thariqah Ba’alawy. Wirid ini memiliki beragam manfaat dan kegunaan, di antaranya:

Baca Juga :  Amalan Wirid Agar Usaha Lancar Membawa Berkah

  1. Perlindungan dari berbagai gangguan dan kejahatan yang mungkin datang dari musuh, baik itu dari jenis makhluk seperti jin maupun manusia.
  2. Perlindungan diri dan keluarga dari dampak sihir dan kejahatan lainnya yang dapat timbul akibat interaksi dengan jin dan hal-hal sejenis.

Dengan membaca dan mengamalkan Wirid Sakran, para pengikut Thariqah Ba’alawy diharapkan dapat meraih manfaat perlindungan dari berbagai ancaman yang mungkin menghampiri, sehingga menjaga diri dan keluarga dari gangguan dan kejahatan yang mungkin terjadi.

Baca juga:

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Wirid Sakran.

Wirid Sakran bukan sekadar sebaris doa atau dzikir, melainkan merupakan pintu menuju dimensi spiritual yang mendalam.

Praktik ini, yang menjadi bagian integral dari Thariqah Ba’alawy, bukan hanya menawarkan perlindungan, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat ikatan spiritual dengan Allah SWT.

Keberkahan dan kedamaian yang diperoleh melalui pengamalan Wirid Sakran tidak hanya mencakup aspek perlindungan dari gangguan dan kejahatan, tetapi juga membuka pintu ke dunia keberkahan yang lebih luas.

Melalui setiap bacaan dzikir dan doa dalam Wirid Sakran, para pengamalnya diharapkan dapat mencapai tingkat kesadaran spiritual yang lebih tinggi, serta merasakan kehadiran yang kuat dari Allah dalam setiap langkah hidup mereka.

Dengan demikian, Wirid Sakran menjadi suatu perjalanan spiritual yang memimpin kita pada pintu gerbang kebahagiaan, ketenangan, dan keberkahan yang tak terhingga.

Mari terus menjaga keseimbangan antara dunia spiritual dan dunia nyata melalui pengamalan Wirid Sakran, sehingga kita dapat terus merasakan limpahan rahmat-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Wirid Sakran, kunci menuju keberkahan dan ketenangan sejati.

Terimakasih telah membaca artikel Wirid Sakran ini, semoga informasi mengenai Wirid Sakran ini bermanfaat untuk Sobat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *