Dzikir Jalalah Sejarah Bacaan dan Cara

Mengenal Dzikir Jalalah Sejarah Bacaan dan Cara Mengamalkan

Diposting pada

Hasiltani.id – Mengenal Dzikir Jalalah Sejarah Bacaan dan Cara Mengamalkan. Dzikir Jalalah telah menjadi bagian penting dari ibadah umat Muslim sejak zaman dahulu.

Dengan keindahannya yang mendalam, dzikir ini tidak hanya memberikan ketenangan jiwa, tetapi juga memiliki nilai historis dan makna yang mendalam.

Di dalam artikel ini, Hasiltani akan membahas secara rinci tentang Dzikir Jalalah Sejarah Bacaan dan Cara mengamalkannya.

Sejarah Dzikir Jalalah

Dalam Dzikir Jalalah Sejarah Bacaan dan Cara mengamalkannya, berikut adalah sejarah dari Dzikir Jalalah.

Pada tahun 1937 Masehi, Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf datang ke Majelis Kwitang untuk menghadiri acara Maulid Akhir yang diselenggarakan oleh Al Habib Ali bin Abdurrohman Al Habsyi. Acara tersebut berlangsung pada hari Kamis awal Asar di Masjid Kwitang, Senen, Jakarta Pusat.

Saat acara mendekati akhir, Habib Ali meminta Habib Abu Bakar untuk memimpin bacaan dzikir (Talqinudzikir). Pada saat itu, Al Habib Ali memberikan pengumuman kepada para jama’ah yang hadir dengan kata-kata sebagai berikut:

“Kita akan mendengar dan mengikuti Talqinudzikir yang akan dipimpin oleh seseorang yang kita semua cintai, yaitu Al Habib Abu Bakar dari kota Gresik. (Habib Ali terhenti sejenak, dan kemudian terdengar suara tangis beliau saat ia melanjutkan bicaranya.) Perhatikanlah wajah-wajah beliau yang memancarkan cahaya Nur… Cahaya Rasulullah… Kita sangat beruntung atas kehadiran beliau.” Ujaran Habib Ali kepada jama’ah.

Setelah Habib Ali mengumumkan bahwa Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf akan memimpin Talqinudzikir, Habib Abu Bakar berdiri, dan Habib Ali berdiri di sampingnya. Lalu, Habib Abu Bakar memulai Talqinudzikir sambil berkata:

“Seorang muslim hidup dengan kalimat Laa ilaaha illallah, meninggal dengan kalimat Laa ilaaha illallah, selamat di alam barzakh berkat Laa ilaaha illallah, dan memasuki surga karena Laa ilaaha illallah.”

Ketika Habib Abu Bakar menyampaikan kata-kata tersebut, terdengar tangisan dari Habib Ali Kwitang. Kemudian, para jama’ah yang hadir juga ikut menangis terharu. Habib Abu Bakar kemudian mengangkat tangannya sambil mengacungkan jari telunjuknya ke atas sambil membaca sholawat dan dzikir jalallah.

Setelah membimbing para jama’ah dengan dzikir jalallah, Habib Abu Bakar bercerita tentang kisah dzikir yang telah dibacakan tersebut.

Kisah ini menceritakan tentang seorang lelaki sholeh bernama Al Qodhi Abdullah Al Baghdadiy. Ia bercerita:

“Saya pernah melihat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi. Beliau terlihat sangat pucat. Saya bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Mengapa wajahmu begitu pucat?’ Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Malam ini, 1.500 orang dari umatku telah meninggal dunia. Dua di antara mereka meninggal dalam keadaan beriman, sementara sisanya meninggal tanpa membawa iman (Su’ul khotimah).’”

Baca Juga :  Cara Mengamalkan Ajian Kulhu Geni - Panduan Lengkap

Saya bertanya lagi kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apa nasihatmu bagi orang-orang yang bermaksiat agar mereka meninggal dalam keadaan beriman?” Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ambillah kertas ini dan baca isinya.

Siapa yang membacanya, mengajarkannya kepada orang lain, dan menyebarkannya, ia akan termasuk golonganku dan akan meninggal dalam keadaan beriman (Husnul Khotimah).

Namun, siapa yang mendengarnya tetapi tidak membacanya, dan tidak mengajarkannya kepada orang lain, ia akan terlepas dari ikatan denganku, dan aku pun akan terlepas darinya.”

Saya tiba-tiba terbangun dari tidurku, dan kertas yang dimaksud terdapat di genggaman saya. Ternyata kertas tersebut berisi tulisan dzikir yang penuh dengan barokah.

Dalam kisah ini, juga diceritakan bahwa Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf (Gresik) juga diingatkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpinya tentang keutamaan dzikir tersebut, agar dzikir ini terus dipegang dan disebarkan kepada seluruh umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, saat ia mencapai waktu haulnya, Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf merasa penting untuk melantunkan dzikir jalallah tersebut, yang sekarang diamalkan oleh para habaib. Hasiltani menyatakan bahwa ini adalah kebenaran yang Hasiltani dapatkan dari para guru Hasiltani.

Kisah di atas memiliki hikmah tersendiri bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai pengingat agar tetap menjaga iman. Sayyid Maliki rahimahullah dalam kitab Khulaashatu Syawaariqil Anwaari min ad’iyatis Saadatil Akhyar menganjurkan agar dzikir ini dibaca setelah menyebut Asmaul Husna.

Meskipun begitu, dzikir ini dapat dibaca kapan saja tanpa batasan waktu tertentu. Namun, beberapa waktu tertentu dianjurkan oleh para ulama untuk membacanya, terutama dengan konsistensi.

Pada saat dini hari menjelang Sholat Subuh, seringkali kita mendengar lantunan dzikir tersebut di beberapa masjid. Tidak hanya itu, dalam majelis ta’lim, haul, dan berbagai kegiatan terkait majelis, dzikir ini sering dilantunkan sebelum doa. Berikut beberapa habaib yang mengamalkan dzikir tersebut.

Bacaan Dzikir Jalalah Arab, dan Terjemahan

Dalam Dzikir Jalalah Sejarah Bacaan dan Cara mengamalkannya, berikut ini adalah bacaan Dzikir Jalalah dalam bahasa Arab, diikuti dengan transkripsi Latin dan terjemahannya:


قَلَ نَّبِيُّ اَفْضَلُ مَا قُلْتُ اَنَا وَ النَّبِيُّنَ مِنْ قَبْلِيْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ

Qola nabiyyu shollallaahu ‘alaihi wa sallam, afdholu maa qultu ana wa nabiyunaa min qobli Laa ilaaha illallah

Artinya :

‘’Telah bersabda Nabi Muhammad, semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya, pernah bersabda dalam Kitab An Nasho’aih Ad Diniyah: “Ucapan yang paling utama yang pernah saya sampaikan (ajarkan) dan juga diajarkan oleh para nabi sebelumku adalah: ‘Tidak ada tuhan selain Allah.’’

Baca Juga :  Shalat Sunnah Istiadzah dan Cara Melaksanakannya


مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهْ كَلِمَةُ الْحَقُّ عَلَيْهَا نَحْيًا وَ عَلَيْهَا نَمُوْتُ وَ عَلَيْهَا نُبْعَثُ اِنْشَآءَ اللَّهَ تَعَالَى مِنَ الْآمٍنِيْنَ آمِيْنٌ

Muhammadur Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam kalimatul haq ‘alaiha nahya wa ‘alaiha namuwtu wa ‘alaiha nub’astsu insya allaha ta’alaa minal aaminin aamin

Artinya :

“Muhammad adalah utusan Allah (Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada-Nya), adalah perkataan yang benar. Karena-Nya aku diberi kehidupan, oleh-Nya aku dihadirkan kematian, dan oleh-Nya aku akan dibangkitkan. Jika Allah yang Maha Tinggi menghendaki, maka aku termasuk orang yang aman. Kabulkan …”

لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ       اَلْمَوْجُوْدُ فِيْ كُلِّ زَمَانِ

Laa ilaaha illallah, Al – Maujud fii kulli zamaan

Artinya :

“Tidak ada ilah kecuali Allah, Zat yang senantiasa hadir di setiap zaman.”

لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ       اَلْمَعْبُوْدُ فِيْ كُلِّ مَكَانِ

Laa ilaaha illallah, Al – Ma’bud fii kulli makaan

Artinya :

“Tidak ada ilah selain Allah, Zat yang senantiasa diibadahi di setiap tempat.”


لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ       اَلْمَذْكُوْرُ بِكُلِّ لِسَانِ

Laa ilaaha illallah, Al-Madzkur bi kulli lisaan

Artinya :

“Tidak ada ilah kecuali Allah, Zat yang senantiasa disebut di setiap ucapan.”

لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ       اَلْمَعْرُوْفُ بِالْإِحْسَانِ

Laa ilaaha illallah, Al – Ma’ruf bil ihsan

Artinya :

“Tiada Tuhan selain Allah, Dzat yang terkenal dengan kebaikan-Nya”

لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ       كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِيْ شَأْنِ

Laa ilaaha illallah, Kulla yaumin huwa fii saan

Artinya :

“Tiada Tuhan selain Allah, Dzat yang setiap hari berada dalam kekuasaan-Nya”

لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ       اَلْاَمَانُ اَلْاَمَانُ

Laa ilaaha illallah, Al – Amaan Al – Amaan

Artinya :

“Tiada Tuhan selain Allah, Berilah kami kemanan dan keselamatan”

مِنْ زَوَالِ الْإِيْمَانِ       وَ مِنْ فِتْنَةِ الشَّيْطَانُ

Min zawalil iman, wa min fitnatis syaithon

Artinya :

“Dari hilangnya iman dan dari godaan setan”

يَا قَدِيْمَ الْإِحْسَانُ كَمْ لَكَ عَلَيْنَا مِنْ إِحْسَانٌ

Ya qodhimal ihsan, kamlaka ‘alaina min ihsan

Artinya :

“Wahai Dzat yang tidak mempunyai permulaan dalam kebaikan-Nya, betapa banyak kebaikan dari-Mu kepada kami”

اِحْسَانُكَ الْقَدِيْمٌ يَا حَنَّانُ يَا مَنَّانٌ

Ihsanukal qodhim, Ya hannan ya mannan

Artinya :

“Sesungguhnya kebaikan-Mu tidak berawal, Wahai Tuhan yang Maha santun dan Maha pemberi nikmat”

يَا رَحِيْمُ يَا رَحْمَنٌ يَا غَفُوْرُ يَا غَفَّارٌ

Ya rohimu ya rohman, Ya ghofuru ya ghoffar

Artinya :

“Wahai yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Wahai yang Maha Pengampun dan Maha Pemaaf”

اِغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Baca Juga :  Cara Memanggil Khodam Innahu Min Sulaimana

Ighfirlana warhamna wa anta khoiru Rohimin

Artinya :

“Ampunilah kami dan sayangilah kami, dan sesungguhnya Engkau adalah yang paling baik dari para penyayang”

وَصَلَّى اللهُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنٌ

Washollallahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa’alaa ‘aalihi wasohbihi wa sallam walhamdulillahi robbil ‘aalamin

Artinya :

“Semoga Allah memberikan shalawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.”

Tata Cara Mengamalkan Dzikir Jalalah

Dalam Dzikir Jalalah Sejarah Bacaan dan Cara menamalkannya, berikut akan dijelaskan tata cara mengamalkan Dzikir Jalalah.

Dzikir Jalallah sering diamalkan di Pesantren Darul Musthofa yang dipimpin oleh Al Habib Umar bin Hafidz, serta di Majelis Rasulullah SAW yang dipimpin oleh Allahyarham Habibana Munzir bin Fuad Al-Musawa, serta di berbagai majelis ilmu, taklim para habaib, dan ulama lainnya pada akhir penutupan majelis.

Bagi kamu yang berkeinginan untuk mengamalkan dzikir jalalah, dapat dibaca setelah melaksanakan shalat fardhu, walaupun lebih dianjurkan setelah shalat subuh. Para ulama yang berpengetahuan mengatakan bahwa kalimat dzikir yang paling baik untuk dibaca setelah shalat subuh adalah kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah”.

Di dalam Al-Qur’an, pada Surah Al Ahzab Ayat 41-42, Allah SWT juga memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya untuk berdzikir pada waktu petang:

“Hai sekalian orang yang beriman! Ingatlah Allah sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah memuji Allah di waktu pagi dan petang.”

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dan Imam Tirmidzi, juga disebutkan tentang keutamaan membaca dzikir pada waktu petang.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barang siapa yang menunaikan salat fajar kemudian berdzikir hingga matahari terbit, maka api neraka tidak akan menyentuh kulitnya selamanya.” (HR. Baihaqi)

“Barang siapa yang shalat shubuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir hingga matahari terbit, kemudian melaksanakan shalat dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah yang sempurna.” (HR Imam Tirmizi)

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Dzikir Jalalah Sejarah Bacaan dan Cara mengamalkan.

Dalam rangka mengeksplorasi Dzikir Jalalah, Hasiltani telah mengupas sejarah, bacaan, dan cara mengamalkannya. Dzikir ini memiliki makna yang dalam dan memberikan manfaat spiritual dalam kehidupan kita.

Dengan memahami asal usulnya, merenungi bacaannya, dan menerapkan cara mengamalkannya, kita dapat memperkaya pengalaman spiritual dan menguatkan hubungan dengan Yang Maha Kuasa.

Terima kasih telah membaca artikel Dzikir Jalalah Sejarah Bacaan dan Cara mengamalkannya ini, semoga informasi mengenai Dzikir Jalalah Sejarah Bacaan dan Cara mengamalkannya ini bermanfaat untuk Sobat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *