Hadits Arbain Ke 2

Bacaan Hadits Arbain Ke-2 dan Penjelasannya

Diposting pada

Hasiltani.id – Bacaan Hadits Arbain Ke-2 dan Penjelasannya. Hadits Arbain adalah kumpulan empat puluh hadits pilihan yang merangkum ajaran-ajaran utama dalam Islam.

Dari keseluruhan koleksi ini, Hadits Arbain Ke-2 memiliki makna mendalam yang mencakup berbagai aspek kehidupan beragama.

Hadits ini menggambarkan tentang malaikat, ilmu agama, dan pentingnya pendalaman pengetahuan keislaman.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi Hadits Arbain Ke-2 dengan merinci setiap elemennya, mengungkap hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya, serta menyelami pandangan ulama terkemuka seperti yang dianjurkan oleh Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizahullah.

Mari kita telaah dengan lebih mendalam Hadits Arbain Ke-2 dan temukan pelajaran berharga yang terkandung di dalamnya.

Hadits Arbain Ke-2

Hadits kedua ini memiliki makna yang sangat mendalam dan mencakup seluruh prinsip ajaran Islam, termasuk Aqidah, rukun Islam, dan ibadah.

Berikut adalah tulisan arab dan artiny:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .

[رواه مسلم]

Artinya:

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu pula dia berkata; pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, kemudian ia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendekatkan lututnya lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, seraya berkata:

‘Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah Al Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.

” Laki-laki tersebut berkata: ‘Engkau benar.’ Maka kami pun terheran-heran padanya, dia yang bertanya dan dia sendiri yang membenarkan jawabannya. Dia berkata lagi: “Jelaskan kepadaku tentang iman?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Iman itu adalah) Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.

Baca Juga :  Doa Nabi Musa Meminta Jodoh - Keajaiban Pencarian Pasangan

” Ia berkata: ‘Engkau benar.’ Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi: ‘Jelaskan kepadaku tentang ihsan?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Ihsan adalah) Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh Diamelihatmu.

” Dia berkata: “Beritahu kepadaku kapan terjadinya kiamat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata: “Jelaskan kepadaku tanda-tandanya!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Jika seorang budak wanita melahirkan tuannya dan jika engkau mendapati penggembala kambing yang tidak beralas kaki dan tidak pakaian saling berlomba dalam meninggikan bangunan.”

Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Kemudian laki-laki itu pergi, aku pun terdiam sejenak.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku: “Wahai ‘Umar, tahukah engkau siapa orang tadi?” Aku pun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama ini kepada kalian.” (HR Muslim)

Penjelasan Hadits Arbain Ke-2

Hadits ini menggambarkan pentingnya berpakaian dengan baik, berperilaku sopan, dan menjaga kebersihan saat mendatangi ulama, orang terhormat, atau penguasa.

Hal ini disebabkan Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia dalam kondisi yang mencerminkan kesopanan dan kehormatan.

Pengertian Islam

Secara etimologi, Islam bermakna tunduk dan berserah diri kepada Allah. Dalam konteks istilah, Islam diartikan sebagai pelaksanaan lima amalan pokok, yaitu: menyatakan kesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.

Selanjutnya, menegakkan shalat lima waktu sesuai waktu yang ditentukan, dengan memenuhi syarat dan rukunnya serta melibatkan sunnah dan adab-adabnya.

Kewajiban lainnya adalah membayar zakat, menjalani puasa Ramadhan, dan menjalankan ibadah haji ke Baitullah Al Haram setidaknya sekali seumur hidup bagi yang mampu.

Pengertian Iman

Iman dalam konteks bahasa berarti membenarkan dengan hati (At Tashdiq).

Sedangkan dalam terminologi, iman diartikan sebagai keyakinan yang kuat bahwa Allah Ta’ala adalah Dzat yang Esa, Maha Tunggal, tak tergantung pada siapapun atau apapun, serta tidak memiliki teman wanita (shahibah) dan keturunan (walad).

Dia adalah Rabb yang memiliki segala sesuatu dan memegang kepemilikan mutlak, tidak ada sekutu di dalam kekuasaan-Nya.

Dialah Al-Khaliq, yang menciptakan segala sesuatu; Ar-Raziq, Pemberi rizki yang melimpah; Al-Mu’thi, Pemberi anugrah dengan kemurahan-Nya; Al-Maani’, yang menahan pemberian-Nya; Al-Muhyi, Yang menghidupkan; Al-Mumit, Yang mematikan; dan sekaligus yang mengatur seluruh urusan makhluk-Nya.

Dia adalah Dzat yang benar-benar berhak diibadahi, satu-satunya, tanpa ada yang setara, dengan berbagai bentuk ibadah; seperti khudhu’ (tunduk), khusyu’ (khusyuk), khasyyah (takut), inabah (taubat), qashd (niat), thalab (memohon), do’a, menyembelih, nadzar, dan sebagainya.

Termasuk dalam iman kepada Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati segala informasi yang Dia sampaikan dalam Al-Qur’an atau yang diceritakan oleh Rasul-Nya mengenai nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Iman ini juga menegaskan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, dan segala sifat dan nama-Nya adalah sempurna tanpa ada kesamaan atau kekurangan, serta dibersihkan dari segala bentuk pengurangan maknanya.

Keyakinan yang kuat juga menyatakan bahwa Allah memiliki para malaikat yang diciptakan dari cahaya, yang taat pada perintah-Nya tanpa pertentangan dan selalu menjalankan tugas yang diberikan kepada mereka.

Baca Juga :  Mengungkap Makna Mendalam - Apa Itu Doa Sapu Jagat?

Iman melibatkan keyakinan yang teguh bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para Rasul-Nya untuk memberikan petunjuk yang jelas dan kebenaran yang nyata.

Allah adalah Kalam yang Dia firmankan sesuai dengan kehendak-Nya dan apa yang diinginkan-Nya.

Keyakinan tersebut juga menyatakan bahwa setiap umat telah diutus seorang Rasul yang menyeru mereka untuk beribadah hanya kepada Allah, tanpa menyekutukan-Nya dan mengingkari segala bentuk penyembahan selain-Nya.

Semua Rasul adalah benar, mulia, memiliki petunjuk, dan memberikan petunjuk kepada orang lain, serta menyampaikan risalah mereka tanpa menyembunyikan atau mengubahnya sedikitpun.

Iman yang kokoh meyakini kebenaran setiap informasi yang disampaikan oleh Allah dalam kitab-Nya dan oleh Rasul-Nya, mulai dari peristiwa setelah kematian, seperti ujian di kubur, azab dan kenikmatan di kubur, hingga peristiwa berikutnya seperti kebangkitan dari kubur, mahsyar (tempat berkumpul di akhirat), catatan amal (shuhuf), perhitungan (hisab), timbangan (mizan), telaga (haudh), titian (shirath), pertolongan (syafa’at), surga (Jannah), neraka (Naar), dan segala janji Allah bagi para penghuninya.

Iman yang teguh juga meyakini bahwa segala peristiwa, baik kebaikan maupun keburukan, adalah ketetapan dan takdir Allah.

Sesungguhnya, tingkat keimanan seseorang dapat mengalami pertumbuhan dan penurunan, sebagaimana terungkap dalam Al-Qur’an Surah Al-Fath ayat 4 yang menyatakan, “Untuk menambah keimanan mereka pada keimanan yang sudah ada sebelumnya.”

Dalam kitab Shahih Imam Bukhari, Ibnu Abu Mulaikah mencatat bahwa sebanyak 30 orang sahabat Rasulullah khawatir terhadap kemungkinan adanya sifat munafiq dalam diri mereka.

Tidak satupun dari mereka berani menyatakan bahwa keimanan mereka setara dengan keimanan Jibril dan Mikail ‘alaihimus salaam.

Islam dan Iman

Sesungguhnya, ketika Islam dan iman bersatu dalam satu dimensi, Islam diartikan sebagai amalan-amalan lahir, sementara iman diartikan sebagai amalan-amalan batin yang berupa keyakinan.

Namun, jika keduanya disebutkan secara terpisah, masing-masing memiliki tafsir yang berbeda. Islam diartikan sebagai keyakinan dan amalan-amalan lahir, begitu pula dengan iman.

Keduanya adalah kewajiban yang saling terkait. Keridhaan Allah dan keselamatan dari siksa-Nya hanya dapat dicapai melalui ketaatan lahir yang disertai dengan keyakinan hati.

Oleh karena itu, tidak boleh memisahkan antara Islam dan iman.

Dengan demikian, seseorang tidak dapat mencapai kesempurnaan dalam iman dan Islamnya yang diwajibkan kepadanya kecuali dengan melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah.

Kesempurnaan tersebut tidak selalu mencapai puncak yang dituju, karena terdapat perbedaan tingkatan yang sesuai dengan tingkat kuantitas dan kualitas amal serta keyakinan.

Pengertian Ihsan

Ihsan adalah melakukan ibadah kepada Allah seolah-olah kita dapat melihat-Nya secara langsung. Jika itu tidak mungkin, maka hendaknya kita yakin bahwa Allah senantiasa melihat kita.

Dengan demikian, ihsan merujuk pada tingkat khusyu’ yang tinggi dalam beribadah, yaitu memperhatikan sepenuhnya hak-hak Allah, menyadari bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap tindakan kita, serta mengakui keagungan dan kebesaran-Nya selama kita menjalankan ibadah.

Hari Kiamat dan Tanda-tandanya

Waktu kapan datangnya hari kiamat merupakan pengetahuan yang hanya dimiliki oleh Allah. Tidak ada makhluk-Nya yang diberi pengetahuan tentang waktu tersebut, baik malaikat maupun rasul.

Ketika Rasulullah ditanya tentang hari kiamat, beliau menjawab dengan tegas, “Yang ditanya tidak lebih mengetahui dari yang bertanya.”

Baca Juga :  Cara Memanggil Khodam Innahu Min Sulaimana

Meskipun waktu pasti hari kiamat tidak diketahui, Rasulullah memberikan informasi mengenai tanda-tandanya, salah satunya adalah:

  1. Budak perempuan melahirkan anak tuannya: Ini mengindikasikan bahwa kaum Muslimin akan menguasai negeri kafir, sehingga banyak tawanan perang. Sebagai akibatnya, budak-budak perempuan banyak melahirkan anak bagi tuan mereka, dan anak-anak ini akan menduduki posisi tuannya karena kedudukan ayah mereka. Tanda ini mencerminkan perubahan besar dan kerusakan dalam masyarakat.
  2. Orang-orang miskin dan penggembala domba berlomba-lomba meninggikan bangunan: Ini menunjukkan bahwa urusan masyarakat akan terbalik, di mana orang-orang yang sebelumnya dianggap rendah dan hina akan menjadi pemimpin. Keputusan-keputusan diambil oleh mereka yang seharusnya tidak berkompeten. Kemewahan, kesombongan, dan pemborosan menjadi merajalela, dengan manusia bersaing untuk membangun struktur yang tinggi.

Selain memberikan tanda-tanda kiamat, hadits ini juga mengingatkan agar manusia tidak berlomba-lomba dalam membangun bangunan yang tidak diperlukan.

Rasulullah menekankan bahwa setiap pengeluaran yang dilakukan oleh manusia akan mendapatkan pahala, kecuali pengeluaran untuk mendirikan bangunan yang tidak memiliki kebutuhan yang jelas.

Malaikat memiliki kemampuan untuk berjalan dan dapat mengubah bentuk mereka menyerupai manusia.

Awalnya, manusia tidak mampu melihat malaikat.

Seorang alim diperbolehkan untuk mengajukan pertanyaan kepada murid-muridnya tentang berbagai hal yang belum diketahui.

Orang yang bertanya tentang suatu ilmu dapat menjadi pengajar ilmu tersebut kepada orang-orang yang mendengar jawabannya.

Permasalahan yang diajukan dalam hadits ini berkaitan dengan masalah diin (agama). Diin memiliki tiga tingkatan:

(a) Islam dengan lima rukun,

(b) Iman dengan enam rukun, dan

(c) Ihsan dengan satu rukun, yaitu beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat-Nya; jika tidak bisa melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah melihat kita.

Seorang Muslim seharusnya tidak hanya menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim, tetapi juga harus mempelajari agamanya secara mendalam.

Penting bagi setiap Muslim untuk memahami ajaran Islam, Iman, dan Ihsan. Ini merupakan nasihat dari Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizahullah.

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Hadits Arbain Ke-2.

Hadits Arbain Ke-2 membawa kita pada perjalanan pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam.

Melalui rangkaian ajaran tentang malaikat, ilmu agama, dan tiga tingkatan diin (Islam, Iman, dan Ihsan), hadits ini menjadi landasan kokoh bagi setiap Muslim yang berusaha memperdalam keyakinan dan pengetahuan agamanya.

Dengan merinci setiap elemen hadits, kita dapat merasakan urgensi untuk terus belajar dan mendalami ajaran Islam secara komprehensif.

Dalam pandangan Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizahullah, pentingnya memahami dan mengamalkan Islam, Iman, dan Ihsan menjadi poin kunci yang disorot.

Hadits Arbain Ke-2 memberikan kita inspirasi untuk menjadikan agama sebagai landasan utama dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, melalui pemahaman mendalam terhadap Hadits Arbain Ke-2, mari kita terus berupaya menjadi Muslim yang lebih baik, mendalami ajaran agama, dan mengukuhkan keyakinan kita dalam setiap langkah kehidupan.

Hadits Arbain Ke-2 tidak hanya menjadi penutup artikel ini, melainkan juga menjadi awal perjalanan mendalam dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh.

Terimakasih telah membaca artikel Hadits Arbain Ke-2 ini, semoga informasi mengenai Hadits Arbain Ke-2 ini bermanfaat untuk Sobat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *