Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Muqsith

Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Muqsith – Menggapai Keadilan

Posted on

Hasiltani.id – Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Muqsith – Menggapai Keadilan dan Ketenangan Hati. Asmaul Husna merupakan kumpulan nama-nama Allah yang mengandung makna dan sifat-sifat mulia-Nya. Salah satu di antaranya adalah Al-Muqsith, yang berarti Yang Maha Pemberi Keadilan. Dzikir dengan menyebut nama Al-Muqsith memiliki banyak fadilah, baik untuk kehidupan pribadi, hubungan sosial, maupun alam semesta. Dengan rutin berdzikir menggunakan nama Allah yang agung ini, seorang hamba diharapkan mampu meneladani sifat Allah yang Maha Adil, sehingga dapat berlaku bijaksana dan tidak berat sebelah dalam segala aspek kehidupan.

Fadilah dari dzikir Al-Muqsith tidak hanya membawa ketenangan hati, tetapi juga menguatkan diri untuk selalu menegakkan keadilan di tengah masyarakat. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, manusia seringkali dihadapkan pada situasi yang membutuhkan keputusan yang adil dan seimbang. Dengan memohon bantuan dan petunjuk dari Allah melalui dzikir ini, seseorang akan lebih bijak dalam bersikap dan mampu menghadapi setiap permasalahan dengan pikiran yang jernih serta hati yang lapang.

Asmaul Husna Al-Muqsith: Yang Maha Pemberi Keadilan

Sebelum membahas Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Muqsith, Hasiltani membahas asmaul husna Al-Muqsith.

Dalam Asmaul Husna, Al-Muqsith memiliki makna bahwa Allah adalah Yang Maha Pemberi Keadilan. Berdasarkan tulisan Siti Syamsiyatun dalam modul Bina Akidah, Al-Muqsith diartikan sebagai Tuhan yang Maha Adil dan seimbang dalam segala hal.

Secara bahasa, Al-Muqsith berasal dari kata dalam bahasa Arab yang merupakan bentuk masdar aktif dari akar kata qaf-sin-tha (qisth). Kata ini berarti adil, tidak memihak, dan memberikan bagian yang setara. Dalam pengertian yang lebih luas, Al-Muqsith tidak hanya bermakna adil dalam satu kesatuan, tetapi juga merujuk pada keadilan yang sama dalam hubungan antara dua pihak atau lebih.

Di dalam Al-Qur’an, ada tiga kata yang sering dikaitkan dengan makna keadilan, namun masing-masing memiliki nuansa yang sedikit berbeda: al-qisth (keadilan dalam keseimbangan), al-‘adl (keadilan yang mutlak), dan al-mizan (timbangan yang adil). Ketiganya mengisyaratkan pentingnya keadilan dalam setiap aspek kehidupan.

Allah Al-Muqsith mencerminkan bahwa Allah menegakkan keadilan di segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tak terlihat oleh manusia. Keadilan-Nya menyelimuti seluruh alam semesta, menciptakan keseimbangan dalam semua ciptaan-Nya. Ekosistem yang sempurna dan keseimbangan dalam diri manusia adalah bukti nyata dari keadilan-Nya.

Baca Juga :  Manfaat dan Cara Mengamalkan Latudrikuhul Absoru untuk Perlindungan

Melalui sifat-Nya yang Al-Muqsith, Allah mengajarkan kepada manusia untuk mencintai keadilan, keseimbangan, tidak berat sebelah, dan harmoni dalam berhubungan dengan makhluk lain: manusia, binatang, tumbuhan, serta alam semesta. Keadilan yang ditegakkan oleh Allah adalah keadilan yang sempurna, meliputi seluruh ciptaan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Dengan meneladani sifat Al-Muqsith, kita diajak untuk selalu berusaha bersikap adil dalam segala aspek kehidupan, baik dalam hubungan antarmanusia, dengan alam, maupun dalam diri sendiri.

Dalil tentang Asmaul Husna Al-Muqsith

Pada pembahasan Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Muqsith, Hasiltani membahas dalil tentang asmaul husna Al-Muqsith.

Dalil tentang Asmaul Husna Al-Muqsith, yang berarti Maha Adil, dalam Al-Qur’an dapat ditemukan dalam dua ayat berikut:

1. Surah Ali Imran Ayat 18

Allah menegaskan bahwa Dia adalah satu-satunya Tuhan, dan bersama malaikat serta orang-orang yang berilmu, Dia menegakkan keadilan.

 شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَاُولُوا الْعِلْمِ قَاۤىِٕمًاۢ بِالْقِسْطِۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ – ١٨

Syahidallāhu annahụ lā ilāha illā huwa wal-malāikatu wa ulul-‘ilmi qāimam bil-qisṭ, lā ilāha illā huwal-‘azīzul-ḥakīm.

Artinya: “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
(QS. Ali Imran [3]: 18)

2. Surah Al-A’raf Ayat 29

Ayat ini menegaskan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk bersikap adil dan ikhlas dalam beribadah hanya kepada-Nya.

 قُلْ اَمَرَ رَبِّيْ بِالْقِسْطِۗ وَاَقِيْمُوْا وُجُوْهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۗ كَمَا بَدَاَكُمْ تَعُوْدُوْنَۗ – ٢٩

Qul amara rabbī bil-qisṭ, wa aqīmụ wujụhakum ‘inda kulli masjidiw wad’ụhu mukhliṣīna lahud-dīn, kamā bada`akum ta’ụdụn.

Artinya: “Katakanlah, ‘Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap salat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.’”
(QS. Al-A’raf [7]: 29)

Kedua ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Adil, dan kita diperintahkan untuk selalu berlaku adil dalam segala tindakan, serta beribadah hanya kepada-Nya dengan penuh keikhlasan.

Cara Meneladani Sifat Allah Al-Muqsith, Sang Maha Adil

Pada artikel Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Muqsith, Hasiltani memberikan cara meneladani sifat Allah Al-Muqsith,

Dengan meneladani sifat Allah yang Maha Adil, kita sebagai hamba-Nya diajak untuk selalu berusaha menegakkan keadilan dan melakukan segala hal dengan benar dan seimbang.

Sebagai umat Muslim, kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah atas segala perbuatan kita di dunia. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 135 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kebaikannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa: 135).

Baca Juga :  Pengasihan Puasa 1 Hari Memikat Seseorang

Dengan bersikap adil (qisth), hidup kita akan penuh dengan kebaikan, ketenteraman, dan keberkahan. Sebaliknya, jika kita mengabaikan keadilan, yang muncul adalah keburukan, permusuhan, dan kehancuran, baik dalam hubungan pribadi, sosial, maupun keseimbangan alam.

Menyadari bahwa Allah adalah Al-Muqsith (Yang Maha Adil), kita sebagai manusia harus berusaha berpikir dan bertindak untuk mencapai keadilan, keseimbangan, dan harmoni, serta tidak memihak kepada siapapun secara tidak adil.

Ini berlaku dalam semua aspek kehidupan: ibadah, hubungan keluarga, masyarakat, politik, perdagangan, hingga hubungan kita dengan hewan, tumbuhan, dan semua makhluk ciptaan Allah.

Keadilan Allah selalu bersifat mutlak dan tidak memihak. Siapapun yang melanggar, bahkan kekasih-Nya, akan dihukum jika berbuat salah.

Sebagai contoh, Rasulullah SAW, orang yang paling mulia di mata Allah, pernah mendapat teguran dari Allah. Ketika Rasulullah mengabaikan seorang buta yang ingin belajar agama karena sedang sibuk dengan para pejabat Quraisy, Allah langsung menegurnya. Rasulullah berharap dengan Islamnya para pejabat itu, Islam akan lebih cepat menyebar. Namun, Allah tetap menegurnya karena mengabaikan keadilan.

Bahkan Rasulullah, yang paling dicintai dan paling bertakwa, tetap ditegur ketika bersikap tidak adil. Ini menunjukkan betapa pentingnya keadilan dalam pandangan Allah.

Contoh Al-Muqsith

Dalam pembahasan Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Muqsith, berikut adalah beberapa contoh bagaimana kita bisa meneladani sifat Allah Al-Muqsith (Yang Maha Pemberi Keadilan) dalam kehidupan sehari-hari:

1. Adil dalam Keluarga

Menjadi orang tua yang adil terhadap anak-anak adalah salah satu contoh nyata. Orang tua harus berusaha memberikan perhatian, kasih sayang, dan hak yang sama kepada setiap anak tanpa memihak satu sama lain, meskipun kondisi anak berbeda. Dalam pembagian tanggung jawab, rezeki, atau hadiah, orang tua yang adil tidak memperlakukan satu anak lebih baik dari yang lain tanpa alasan yang jelas.

2. Adil di Tempat Kerja

Seorang pemimpin atau atasan di tempat kerja yang meneladani sifat Al-Muqsith akan berlaku adil kepada semua karyawan. Mereka memberikan kesempatan yang sama untuk berkembang, memuji dan menghargai kinerja yang baik tanpa memandang favoritisme, serta menegur atau memberi sanksi secara bijaksana tanpa pilih kasih.

3. Adil dalam Pergaulan

Dalam hubungan sosial, meneladani Al-Muqsith berarti bersikap tidak memihak dan berusaha selalu bijak dalam menyelesaikan konflik. Misalnya, ketika ada perbedaan pendapat antara dua teman, kita harus bersikap objektif dan tidak memihak hanya karena lebih dekat dengan salah satu pihak. Keadilan harus ditegakkan berdasarkan kebenaran, bukan atas dasar perasaan atau kedekatan.

Baca Juga :  Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Adl - Meneladani Sifat Allah yang Maha Adil

4. Adil terhadap Diri Sendiri

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menjaga kesehatan fisik dan mental, juga merupakan bentuk keadilan. Ini berarti tidak memaksakan diri secara berlebihan dalam bekerja tanpa memberi waktu istirahat, serta memperhatikan kebutuhan spiritual, emosional, dan fisik secara seimbang.

5. Adil dalam Berdagang

Pedagang yang meneladani sifat Al-Muqsith akan berlaku jujur dalam transaksi. Misalnya, menimbang barang dengan benar, memberikan informasi yang akurat tentang kondisi barang, dan tidak menaikkan harga secara tidak wajar demi keuntungan pribadi. Mereka akan mengutamakan keadilan baik bagi diri sendiri maupun bagi pelanggan.

6. Adil dalam Lingkungan

Keadilan juga bisa diterapkan dalam menjaga keseimbangan alam. Contohnya, menjaga lingkungan dengan tidak merusak ekosistem, tidak membuang sampah sembarangan, dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana tanpa merugikan generasi yang akan datang.

Dengan meneladani Al-Muqsith, kita diajak untuk selalu mencari keseimbangan, memperlakukan orang lain secara adil, dan menjaga harmoni dalam setiap hubungan, baik dengan sesama manusia, alam, maupun dengan diri sendiri.

Baca juga:

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Muqsith.

Dzikir Asmaul Husna Al-Muqsith, yang berarti Allah Yang Maha Pemberi Keadilan, membawa banyak fadilah bagi mereka yang rutin mengamalkannya. Dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui dzikir ini, seorang hamba tidak hanya mendapatkan ketenangan jiwa, tetapi juga kemampuan untuk meneladani sifat keadilan Allah dalam kehidupannya. Dalam dunia yang penuh ketidakadilan, dzikir Al-Muqsith menjadi jalan bagi kita untuk tetap teguh dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Fadilah dzikir Al-Muqsith juga mengingatkan kita bahwa Allah selalu menegakkan keadilan dalam segala ciptaan-Nya. Oleh karena itu, dengan berserah diri kepada-Nya melalui dzikir, kita dapat berharap mendapatkan bimbingan dalam menjalani hidup yang adil, seimbang, dan penuh berkah. Semoga dengan mengamalkan dzikir ini, kita dapat menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan mampu memberikan manfaat bagi sesama.

Terimakasih telah membaca artikel Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Muqsith ini, semoga informasi mengenai Fadilah Asmaul Husna Dzikir Al-Muqsith ini bermanfaat untuk Sobat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *